Boyolali – Banyak pihak yang sampai saat ini menanyakan, “SMA Pradita Dirgantara itu peringkat berapa saat ini?” pertanyaan ini tentu jadi hal wajar yang sering ditanyakan berbagai pihak terhadap eksistensi SMA Pradita Dirgantara (SMA PD) yang terus melejit. Sampai-sampai, berseliweran link berita yang mencantumkan peringkat SMA Pradita Dirgantara dengan hasil yang berbeda-beda. Semakin dicermati lebih mendalam, berita mengenai peringkat sekolah terbaik ini tidak memberikan edukasi maksimal. Alih-alih memberikan edukasi, justru berita-berita ini semata mencari eskposure untuk mendapatkan engagement di akun sosial media masing-masing.
Kalau kita bicara tentang eksistensi sebuah sekolah, tentu saja masing-masing pihak akan mengungkapkan keunggulannya. Justru, setiap tempat adalah sekolah, semua orang adalah guru. Prinsip ini yang kemudian dipegang civitas di SMA Pradita Dirgantara dan menjadikan sekolah ini mendapatkan ranking 1 di Provinsi Jateng dan ranking 3 nasional berdasarkan data yang diterbitkan LTMPT (sekarang BP3), Kemdikbudristek RI pada 2022 lalu.
Label peringkat inilah yang kemudian jadi patokan para orang tua dan calon siswa untuk menentukan pilihan sekolah berikutnya. Tentu cara ini tidak salah. Namun, semata menentukan pilihan sekolah karena label peringkat, ini juga tidak fair, khususnya bagi para casis yang masih duduk di bangku SMP dan masih membutuhkan pendampingan untuk menentukan sekolah.
Tiap casis memiliki karakter, pilihan, kecocokan, dan tujuan masing-masing untuk masa depannya. Ada casis yang memilih SMA Pradita Dirgantara karena kurikulum IB, ada juga orang tua yang memilihkan anaknya ke SMA 3 Yogyakarta karena ikatan alumninya kuat dan banyak diterima di UGM, ada juga casis yang memilih SMA Taruna Nusantara karena legacy peminatan TNI/Polri yang sangat kuat. Masing-masing memiliki preferensi dan wajib mendapatkan respek yang sama.
Seiring dengan kebijakan pemerintah melalui Merdeka Belajar, peringkat sekolah sejatinya sudah bukan tujuan utama. Kenapa demikian? karena kemudian sekolah diwajibkan untuk memberikan ruang gerak yang bebas, nyaman, dan harus memperhatikan bakat alami yang dimiliki siswa. Konsep semua tempat adalah sekolah menjadi sangat relevan dengan filosofi Ki Hajar Dewantara yang mengatakan setiap orang menjadi guru dan setiap rumah menjadi sekolah. Disinilah peringkat sudah tidak relevan karena kuncinya adalah pendidikan karakter.